بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
✅ Saudaraku rahimakumullaah, andai ada satu makanan yang sangat nikmat, namun beberapa saat setelah menyantapnya akan sakit parah berhari-hari, bahkan bisa mematikan, maka semua orang yang berakal pasti sepakat bahwa orang yang memakannya adalah orang yang bodoh; hanya demi kenikmatan sesaat dia rela menanggung derita berkepanjangan.
? Demikianlah perumpamaan kehidupan dunia, sungguh bodoh kita, jika hanya demi kenikmatan dan kemewahan dunia yang sementara ini, lalu kita harus menanggung derita yang tiada tara di negeri akhirat yang kekal abadi.
✅ Maka orang yang cerdas tentu rela bersabar dalam mengumpulkan bekal-bekal iman dan amal shalih di kehidupan dunia yang sangat singkat ini, untuk menempuh perjalanan panjang setelah kematian, agar sampai di tempat tujuan, yaitu surga yang penuh kenikmatan.
➡ Seorang Sahabat Anshar bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam,
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ؟ قَالَ: «أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا» قَالَ: فَأَيُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ؟ قَالَ: «أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا، وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَ
“Wahai Rasulullah, orang mukmin manakah yang paling mulia? Beliau bersabda: Yang paling baik akhlaknya. Sahabat tersebut bertanya lagi: Orang mukmin manakah yang paling cerdas? Beliau bersabda: Yang paling banyak mengingat mati dan paling baik persiapannya untuk kehidupan setelahnya, mereka itulah orang-orang yang cerdas.”
? [HR. Ibnu Majah dan Al-Hakim dari Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma, Ash-Shahihah: 1384]