? Saudara-Saudariku yang semoga selalu dilapangkan dalam kebaikan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’ālā…
? Para salaf terdahulu merupakan orang-orang yang sangat memperhatikan masalah waktu, mereka berkata:
“Sesungguhya menyia-nyiakan waktu itu lebih berat daripada kematian, karena menyia-nyiakan waktu memutuskan seseorang dari Allah dan akhirat, sedangkan kematian memutuskan seseorang dari keluarga dan dunianya.”
? Berkata Hasan Al Bashri rahimahullah:
“Wahai anak Adam, sesungguhnya engkau adalah hari-hari. Apabila pergi harimu, berarti telah pergi sebagian dirimu.”
? Juga Beliau berkata:
“Tidaklah hari itu muncul bersama terbitnya fajar, keculai ia berkata:
‘Wahai anak Adam, aku adalah makhluk yang baru, dan aku bersaksi atas amal-amalmu, maka berbekallah denganku, karena sesungguhnya bila aku pergi aku tidak akan kembali lagi sampai hari kiamat nanti’.”
? Janganlah kita mengira bahwa perkataan mereka hanyalah perkataan kosong tanpa bukti.
Sebaliknya, sangat banyak catatan-catatan mengenai semangat mereka dan kesungguhan mereka dalam menjaga waktu.
? Di antaranya perkataan orang-orang tentang Abdullah putra Imam Ahmad:
“Demi Allah, kita tidak melihatnya kecuali ia sedang tersenyum, sedang membaca atau sedang menelaah kitab.”
? Begitu pula, dikatakan tentang Al Khatib Al Baghdadi:
“Tidaklah kami melihat beliau kecuali beliau sedang menelaah sebuah kitab.”
? Imam Ad Dzahabi menyebutkan tentang Abdul Wahab Bin Abdil Wahhab Al Amiin:
“Sesungguhya ia sangat menjaga waktunya, tidaklah berlalu 1 jam kecuali ia membaca Al Qur’an atau berdzikir atau sholat tahajjud atau memperdengarkan bacaan Al Qur’an.”
? Masih banyak kisah yang menakjubkan dari para salaf dalam memanfaatkan waktu..
? Berkata seorang murid Al Imam Abdur Rahman bin Mahdi rahimahullah tentang Imam Hammad bin Salamah:
“Seandainya dikatakan kepada Hamad bin Salamah bahwa esok ia mati, maka ia tidak sanggup lagi untuk menambah amalannya sedikitpun.”
MasyaAllah..
Hal itu dikarenakan banyaknya amalan yang ia lakukan secara rutin!
? Berkata Ammar bin Raja’:
“Saya melewati 30 tahun tidak makan dengan tanganku di malam hari, dan saudara perempuankulah yang menyuapiku, karena kesibukanku menulis hadist.”
Begitu pelitnya beliau dengan waktu, sampai tidak mau waktunya berkurang karena makan!
? Tidak kalah mengagumkan kisah Imam Ibnu Jarir At Thabari. Dikisahkan bahwa ia berkata pada teman-temannya:
“Apakah kalian berminat menulis tafsir Al Qur’an?”
Mereka menjawab:
“Berapa panjangnya?”
Ia berkata:
“30 ribu lembar.”
Para sahabatnya terkejut dan berkata:
“Kalau begitu bisa habis umur kami.”
Maka beliau pun meringkasnya menjadi tiga ribu lembar dan mendiktekannya kepada para sahabatnya selama 7 tahun.
Setelah selesai, ia kembali berkata:
“Apakah kalian berminat pada tarikh (sejarah) sejak Nabi Adam sampai jaman kita ini?”
Mereka kembali bertanya:
“Berapa panjangnya?”
Dan beliau menyebutkan sebagaimana perkataan beliau pada tafsir, maka mereka menjawab dengan jawaban yang sama, maka Ibnu Jarir berkata:
“Inna lillah.. Sungguh telah mati kesungguhan.”
Dan ia pun kembali meringkasnya sebagaimana ia meringkas tafsir.
? Kita mungkin tidak bisa meraih keberkahan seperti mereka, tapi setidaknya kita dapat mengusahakannya, agar waktu kita dapat menjadi ladang amal yang bermanfaat di akhirat kelak.
? Bukan sebaiknya, menjadi sumber penyesalan dan kerugian di akhirat nanti.
-bersambung-
✍ ummu sholih
Join channel kami di :
?telegram : telegram.me/masjidalmuslimun