Di antara adab penuntut ilmu yang paling mendasar adalah bersihnya hati dari tujuan-tujuan tercela, seperti semangat ingin dipuji, dianggap ‘alim, ingin terkenal, punya kedudukan, maupun tujuan-tujuan duniawi yang lain. Ketahuilah, menuntut ilmu termasuk amal ibadah yang paling utama dalam mendekatkan diri kepada Allah, sedang salah satu syarat sahnya ibadah adalah ikhlasnya niat karena Allah.

Syaikh Al-‘Allamah Bakr Abu Zaid berkata:

وعليه فالتزم التخلص من كل ما يشوب نيتك في صدق الطلب كحب الظهور ، والتفرق على الأقران ، وجعله سلما لأغراض وأعراض ، من جاه ، أو مال ، أو تعظيم ، أو سمعة ، أو طلب محمدة ، أو صرف وجوه الناس إليك ، فإن هذه وأمثالها إذا شابت النية أفسدتها ، وذهبت بركة العلم ، ولهذا يتعين عليك أن تحمي نيتك من شوب الإرادة لغير الله تعالى ، بل وتحمي الحمى

“Wajib atasmu wahai para tholabatul ‘ilmi untuk senantiasa membersihkan hati dari segala hal yang mengotori niatmu dalam menuntut ilmu, seperti cinta popularitas, semangat untuk bersaing dengan kawan selevel, menjadikannya sebagai tangga untuk meraih tujuan-tujuan duniawi seperti kedudukan, harta, penghormatan, ingin didengar, mencari pujian atau ingin memalingkan wajah manusia kepadanya. Semua tujuan itu bila mencampuri niat seseorang dalam menuntut ilmu, maka akan merusaknya dan akan menghilangkan keberkahan ilmu yang dipelajarinya. Oleh karena itu wajib atas engkau untuk menjaga niatmu dari tujuan-tujuan selain Allah serta menjaga hal-hal lain di seputarnya.” (Syarh Hilyah Tholibil ‘Ilmi hal. 16-17)

Maka keikhlasan niat adalah hal yang menentukan bermanfaat tidaknya ilmu yang dipelajari. Sebanyak apapun ilmu yang dimiliki bila kosong dari niat yang ikhlas, maka ilmunya tidak akan bermanfaat, bahkan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka. Dari Abu Huroiroh, bahwa Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang orang yang pertama kali diadili oleh Allah di hari kiamat, di antaranya adalah orang yang berilmu namun diingkari pengakuannya, Allah berkata:

كذبت ولكنك تعلمت العلم ليقال عالم

“Engkau dusta! Akan tetapi engkau menuntut ilmu agar engkau dibilang ‘alim! Dan engkau telah mendapatkannya. Kemudian Allah memerintahkan agar diseret wajahnya dan dicampakkan ke dalam api neraka.” (Selengkapnya Shohih Muslim 1905)

Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

من تعلم علما مما يبتغى به وجه الله لا يتعلمه إلا ليصيب به عرضا من الدنيا لم يجد عرف الجنة

“Barangsiapa yang menuntut ilmu yang seharusnya diharapkan hanya Wajah Allah, namun dia pelajari untuk memperoleh sedikit dari perhiasan dunia, maka dia tidak akan mendapati aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad 8457, Abu Dawud 3664, Ibnu Majah 252, Shohih Ibnu Hibban 78, Musnad Abu Ya’la 6373, Al-Baihaqi dalam “Syu’abul Iman” 1634, dishohihkan oleh Syaikh bin Baz dan Syaikh Al-Albani)

Lalu bagaimana cara mengikhlaskan niat karena Allah dalam menuntut ilmu?

Syaikh Al-‘Allamah Al-‘Utsaimin menjelaskan, “Yaitu mempelajarinya dalam rangka menunaikan perintah Allah, menjaga syariat-Nya baik dengan menghapal atau menulisnya, melindunginya dari kebatilan dan membelanya dari ahli bid’ah, dan dengan mengikuti syariat Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam.” (Syarh Hilyah Tholibil ‘Ilmi hal. 16-17 secara ringkas)

Semoga Allah senantiasa menganugerahkan keikhlasan pada kita semua, memberkahi ilmu yang kita pelajari sehingga bermanfaat bagi manusia.

✍️ Fikri Abul Hasan

Join channel kami di:
?telegram: telegram.me/masjidalmuslimun
?website: www.masjidalmuslimun.org
?YouTube: youtube.com/masjidalmuslimun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *