Sulaiman bin Ali Ar-Rob’i berkata, “Ketika berlangsungnya fitnah Ibnul Asy’ats yang memberontak kepada Al-Hajjaj bin Yusuf, di sana ada ‘Uqbah bin Abdil Ghofir, Abul Jauza, Abdullah bin Gholib beserta pendukungnya mendatangi Al-Hasan Al-Bashri lalu mereka berkata, “Wahai Abu Sa’id! (kun-yah Al-Hasan), bagaimana pendapatmu tentang memerangi orang yang melampaui batas ini (yakni Al-Hajjaj), dia telah menumpahkan darah yang harom, mengambil harta yang harom, meninggalkan sholat, dan berlaku ini dan itu?! Mereka juga menyebutkan perbuatan Al-Hajjaj yang lain. Maka Al-Hasan Al-Bashri menjawab, “Aku berpendapat bahwa kalian tidak boleh memeranginya, karena jika ini adalah hukuman dari Allah niscaya kalian tidak akan mampu menolak azab Allah dengan pedang-pedang kalian, namun jika ini sebagai ujian, maka hendaklah kalian bersabar sampai Allah memberi keputusan dan Allah adalah sebaik-baik Pemberi keputusan!” Lantas mereka (para pemberontak) itu pergi dari sisi Al-Hasan sambil berkata, “Apakah kita akan menaati orang kafir non Arab ini?! (Yakni mereka mencela nasab Al-Hasan karena tidak sejalan dengan hawa nafsunya), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang Arab. Akhirnya mereka ikut memberontak bersama Ibnul Asy’ats, dan mereka semua terbunuh.” (Riwayat Ibnu Sa’d dalam “Ath-Thobaqotul Kubro” 7/163-164 dan Ad-Daulabi dalam “Al-Kuna” 2/121 dengan sanad yang shohih)

Al-Hasan Al-Bashri juga berkata, “Sungguh fitnah itu bila telah datang maka diketahui oleh setiap orang yang ‘alim (berilmu), namun apabila telah berlalu barulah disadari oleh setiap orang yang jahil (bodoh).” (Ath-Thobaqotul Kubro 7/166)

Demikianlah fitnah yang manusia cenderung tergesa-gesa menyikapinya, sehingga Allah biarkan urusannya diserahkan kepada mereka, akibatnya yang terjadi adalah mafsadah (kerusakan) yang lebih besar. Maka hendaklah senantiasa kita bermuhasabah, memperbaiki diri, keluarga dan masyarakat agar Allah mengampuni dosa-dosa kita. Didik diri agar tunduk pada ketentuan Al-Qur’an was Sunnah dan bukan tunduk pada hawa nafsu kebanyakan orang. Realisasikan tauhid dan teladani cara beragama Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam dan para Shohabat sehingga umat ini keluar dari keterpurukan.

Tegakkan amar ma’ruf nahi munkar sesuai kemampuan dengan cara yang ma’ruf serta saling berwasiat dalam kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran. Dan jangan terpedaya oleh hiruk-pikuk segelintir orang yang sedang menggalang dukungan dan ingin mengobarkan api fitnah. Karena sederhana di atas sunnah jauh lebih baik daripada bersungguh-sungguh namun di atas bid’ah, kata Ibnu Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu.


✍ Al-Ustâdz Fikri Abul Hasan

Join channel kami di:
?telegram: telegram.me/masjidalmuslimun
?website: www.masjidalmuslimun.org
?YouTube: youtube.com/masjidalmuslimun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *