Saudaraku..
Kita lihat disekitar kita..
Berapa banyak kita jumpai orang-orang yang “masih suka” ngurusin+banding-bandingin orang lain.. Setiap bertemu temannya, dia membicarakan temannya yang lain.. Setiap bertemu saudaranya dia membicarakan saudara yang lain.. Dimulai dari cerita ini itu, berdalih dengan alasan ini itu, hingga sering tanpa sadar dia terjatuh dan larut bagai garam di air ke dalam hal-hal yang diharamkan Allah seperti hasutan, ghibah dan namimah. Bahkan terlampau sering Tazkiyah terucap bagi diri sendiri. Subhanallah..
? Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata :
“Berbangga Diri, sampai-sampai dikhayalkan, “bahwa engkau lebih baik dari pada saudaramu”. Padahal bisa jadi engkau tidak mampu mengamalkan sebuah amalan yang mana dia mampu melakukannya. Padahal bisa jadi dia lebih berhati-hati dari perkara-perkara haram dibandingkan engkau, dan dia lebih suci amalannya dibandingkan engkau.” (Hilyatu al-Auliya’ juz 6, 391)
? Allah Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” (Qs. Al Hujurat 11)
Ingatlah wahai saudaraku..
Sesungguhnya Allah mengetahui semuanya, dan tidak ada yang lepas dari perhitungan Allah meskipun sebesar dzarrah. Semua dicatat meskipun dalam bisikan-bisikan.
?Allah Ta’ala berfirman :
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ * إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ * مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (Qs. Qaaf 16-18)
? Ibnu ‘Abbas menafsirkan ayat ini :
“Yang dicatat adalah setiap perkataan yang baik atau buruk. Sampai pula perkataan “aku makan, aku minum, aku pergi, aku datang, sampai aku melihat, semuanya dicatat. Ketika hari Kamis, perkataan dan amalan tersebut akan dihadapkan kepada Allah.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 13: 187).
? Umar bin Abdul Aziz rahimahullah berkata :
من عدَّ كلامه من عمله ، قلَّ كلامُه إلا فيما يعنيه
“Siapa yang menghitung-hitung perkataannya dibanding amalnya, tentu ia akan sedikit bicara kecuali dalam hal yang bermanfaat”. Kata Ibnu Rajab, “Benarlah kata beliau. Kebanyakan manusia tidak menghitung perkataannya dari amalannya.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1: 291)
وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا.
“Kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan kami.” (HR. Nasa’i III/104, Ibnu Majah I/352/1110. Lihat Al-Wajiz fi Fiqhis Sunnah hal. 144-145)
Nasihat bagi saya pribadi khususnya dan semoga bermanfaat bagi saudara sekalian..
? Penyusun | Abdullah bin Suyitno (عبدالله بن صيتن)
? Disusun 5 Rabbi’ul Tsani 1438 H / 4 Januari 2017
Join channel kami di:
?telegram: telegram.me/masjidalmuslimun
?website: www.masjidalmuslimun.org
?YouTube: youtube.com/masjidalmuslimun
Sumber Web | shahihfiqih.com/tazkiyatun-nafz/masih-suka-sibuk-waktu-banding-bandingin-dengan-orang-lain-dan-merasa-lebih-baik/