Faidah tabligh akbar bersama
Ust. Abdulhakim bin Amir Abdat ﺣﻔﻈﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
? Ahad, 05 Maret 2017/ 06 jumadil akhir 1438 H
(وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا)
Dan barangsiapa yang menentang (memusuhi) Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali. [Surat An-Nisa’ 115]
Siapakah orang yang memusuhi Rasul yang dimaksud ayat di atas?
1. Orang kafir yang sampai kepada mereka hujjah, kebenaran, dalil-dalil yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan ayat-ayat nabawiyah Lainnya
2. Orang yang beriman yang sudah sampai kepada mereka hujjah kewajiban beribadah sesuai dengan sunnahnya. Namun tetap menyelisihi beliau Shallallahu alaihi wasallam, baik dalam Aqidah maupun ibadah,
Orang yang mengaku berpegang kepada Al-Quran dan as-Sunnah tidak menjadi jaminan bahwa mereka berada dalam kebenaran. Bukan karena dalil yang mereka bawa itu salah, namun karena mereka memahami dalil tersebut tidak seperti yang dipahami oleh para sahabat, keliru dalam memahami ayat dan hadits.
Tidak setiap orang yang membawa kalimat yang haq, berada di atas kebenaran, apabila dia salah memahaminya.
Ali radhiyallahu ‘anhu pernah menyindir orang-orang khawarij:
ٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِعٍ مَوْلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ الْحَرُورِيَّةَ لَمَّا خَرَجَتْ وَهُوَ مَعَ عَلِيِّ بْنِ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالُوا لَا حُكْمَ إِلَّا لِلَّهِ قَالَ عَلِيٌّ كَلِمَةُ حَقٍّ أُرِيدَ بِهَا بَاطِلٌ
dari Ubaidullah bin Abu Rafi’ Maula Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwasanya; Kekita orang-orang Haruriyah keluar -dan saat itu ia bersama Ali bin Abu Thalib – mereka berkata, “Tidak ada hukum, kecuali hukum Allah.” Maka Ali berkata, “Itu adalah kalimat yang haq, namun dimaksudkan untuk kebatilan. (HR. Muslim no. 1774)
Supaya tidak tersesat dalam memahami agama ini, Maka ikutilah jalan orang-orang mukmin sebagaimana telah diperintahkan oleh-Nya, karena berat sekali ancaman tersebut bagi yang menyelisihi jalan mereka:
1. Akan dibiarkan sesat oleh Allah (menyimpang dalam Aqidah, ibadah dan amalnya)
2. Masuk kedalam neraka jahannam
Namun sebenarnya Siapakah orang-orang mukmin yang disebutkan dalam ayat tersebut? Apakah mu’min secara umum?
Tidak, jalan orang-orang beriman dalam ayat di atas adalah jalannya para sahabat.
Yaitu Orang yang Berjumpa dengan nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan beriman dan mati dalam keadaan iman.
Berikut adalah dalil-dalil yang menunjukkan bahwa maksud “sabilil mu’minin atau jalannya orang-orang mukmin pada surat An-Nisa: 115 adalah para sahabat:
Pertama:
Ketika ayat ini turun, maka tidak ada orang-orang mu’min kecuali para sahabat radhiyallahu anhum.
Kedua:
Orang-orang mu’min pada generasi berikutnya tidak dapat digolongkan kepada orang-orang mu’min dalam ayat di atas, kecuali bila cara memahami agama ini sesuai dengan pemahaman para sahabat secara ilmu, amal dan dakwah.
Ketiga:
Jika orang-orang mu’min secara umum masuk ke dalam ayat di atas, maka mu’min yang mana? Khawarij, mu’tazilah, shufiy, ahli filsafat? Atau?…..
::Keempat:
Hanya para sahabat yang manhaj, ilmu, amal dan dakwahnya paling jelas.
:arrow_right:Kelima:
Tidak ada yang lebih shalih dan alim dari para sahabat, mereka semuanya adalah ulama.
:arrow_right:Keenam:
Sahabat adalah generasi terbaik, orang paling bertaqwa, manusia terbaik setelah para nabi dan rasul.
:arrow_right:Ketujuh:
Sahabat adalah orang-orang mu’min paling taslim kepada allah, paling ta’at terhadap syariat-Nya.
:arrow_right:Kedelapan:
Ijma atau kesepakatan para sahabat merupakan hujjah/dasar hukum islam setelah Al-Quran dan as-Sunnah. Karena Ijma yang mungkin terjadi secara menyeluruh hanyalah Ijma para sahabat.
Para sahabat tidak pernah berselisih dalam manhaj beragama, dalam prinsip Aqidah. Begitupun generasi setelah mereka dari tabiin dan tabiut tabiin tidak berselisih dalam manhaj dan ushul Aqidah karena mereka mengikuti jalan orang-orang mu’min dari kalangan sahabat Nabi.:arrow_right:Kesepuluh:
Para sahabat telah dipuji langsung oleh Allah dalam kitab-Nya, juga oleh Rasulullah, telah diridhai-Nya, dan orang2 setelah mereka hanya akan diridhai-Nya tatkala mereka mengikuti jalan orang-orang mu’min al-Muhajirin dan al-Anshar, dan tidak ada yang membenci para sahabat kecuali orang-orang kafir dan munafik. Para sahabat telah dijamin masuk surga, baik secara khusus bagi sebagiannya seperti 10 sahabat yang dijamin masuk surga, atau secara umum:
(وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ)
Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar [Surat At-Tawbah 100]
:memo:Akhukum Fillah
Hafizh Abdul Rohman (Abu Ayman)