❗“Terinspirasi Sinetron, Bocah SD Bunuh Temannya”, begitulah kira-kira headline beberapa media massa beberapa waktu yang lalu. Ya, karena teman-temannya meniru adegan laga di sebuah sinetron, seorang anak SD terpaksa menjadi korban. Dia tewas dikeroyok dan dianiaya oleh teman-temannya.

?? Ini adalah salah satu contoh negatif yang dimunculkan oleh televisi di masa kita ini. Anak-anak jadi terobsesi meniru apa yang mereka tonton. Adegan perkelahian, percintaan, dan pelecehan terhadap sesama yang mereka konsumsi, mereka tiru dan mereka terapkan dalam kehidupan mereka.

? Saya sendiri pernah melihat seorang anak dengan usia sekitar enam tahun memukuli adiknya dengan begitu keras dan membabi buta melewati batas kewajaran. Setelah diteliti, ternyata anak ini sering dibiarkan oleh ibunya menonton film kartun Tom and Jerry. Dia pun meniru adegan kekerasan di dalam film itu dan melampiaskannya kepada si adik. ?

??Oleh karena itu, orang tua yang bijak hendaknya tidak membiarkan anak-anak mereka teracuni acara-acara TV yang merusak. Bahkan bukanlah sebuah tindakan yang ekstrim apabila orang tua melarang anaknya untuk menonton TV sama sekali.

?? Asy Syaikh DR. Shalih Al Fauzan, salah seorang anggota dewan ulama besar Saudi Arabia pernah ditanya tentang seseorang yang memasukkan televisi ke dalam rumahnya dengan tujuan agar dia tidak dituduh sebagai orang yang ekstrim/terlalu mengekang anak-anaknya. Maka beliau memberikan sebuah nasihat yang sangat berharga.

??Kata beliau,
“Meninggalkan televisi bukanlah sikap yang ekstrim. Hanya saja ini sikap menjaga agama, keluarga dan anak-anak. Ini adalah bentuk menjauhi diri dari sebab-sebab kemudaratan.

? Karena hadirnya televisi di rumah menyebabkan kemudaratan bagi anak-anak, para wanita, bahkan kepada kepala keluarga itu sendiri.

❓Siapa yang merasa aman dari fitnah (ujian/bahaya yang mengancam dunia dan akhirat seseorang-pent)?

??Semakin selamat seseorang dari sebab-sebab fitnah, maka ini lebih baik baginya sekarang atau di masa depan. Meninggalkan televisi bukanlah bentuk sikap ekstrim/terlalu mengekang. Ini adalah bentuk penjagaan.

?(Al-Muntaqa min Fatawa Syaikh Fauzan: 127).

??Jadi menurut beliau –hafizhahullah-, meninggalkan televisi dan tidak memasukkannya ke dalam rumah bukanlah sikap yang ekstrim. Bahkan ini adalah bentuk penjagaan orang tua terhadap anak-anak mereka.
❓Kalau tidak ada televisi, kegiatan apa yang bisa dilakukan agar anak tidak bosan?

??Anak-anak hendaknya diajari mempergunakan waktu mereka untuk sesuatu yang bermanfaat seperti mempelajari atau menghafalkan Al Qur’an dan Hadits sebagai pedoman hidup mereka.

? Atau membaca buku-buku yang menarik seperti siroh nabawiyah, kisah para nabi, biografi para ulama dan pejuang Islam. Mereka juga bisa diajari bagaimana membuat resume dan resensi buku.

?Selain itu orang tua juga bisa membiarkan anak bermain di pekarangan rumah, mengajari mereka bercocok tanam atau yang semisalnya.

? Di dalam rumah pun anak bisa diajak beraktivitas yang bermanfaat seperti membuat kerajinan, atau belajar membantu ibu dalam memasak dan menyelesaikan beragam pekerjaan rumah. Ini akan melatih motorik anak.

❌? Dengan menyingkirkan televisi dari rumah, justru anak bisa belajar lebih banyak hal yang bermanfaat bagi kehidupan mereka di dunia dan di akhirat.

Wallahu ta’ala a’lam.

✍Ust. Wira Bachrun

Join channel kami di :
?telegram: telegram.me/masjidalmuslimun
?youtube: youtube.com/channel/UCR6zGFTV6BHykUln5WSBfdA

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *