Banyak sekali pengalaman menarik di kota suci ini. Salah satunya saya dipertemukan Allah dengan salah seorang kawan belajar di Hadramaut dulu. Namanya Ahmad Basoleh. Beliau adalah menantu Syaikhuna Abdullah Al Mar’ie.
Ahmad Basoleh sekarang berada di tahun kedua kuliahnya di Ma’had Haram. Jika lancar, dua tahun lagi dia akan meraih gelar Bachelorius insya Allah. Selain kuliah, di pagi hari beliau mengajarkan Alquran di salah satu halaqoh di Masjid Nabawi.
Ahmad memaparkan kepada saya bagaimana sistem pengajaran Alquran di sana. Yang cukup membuat saya kagum adalah ketika Ahmad bilang bahwa di Masjid Nabawi ada sekitar 600 halaqah ilmiyyah dengan lebih dari 2000 orang peserta.
Untuk mengakomodir para pelajar, pemerintah menyediakan 150 bus untuk antar jemput mereka. Jadi mereka tinggal berkumpul di titik2 tertentu yang tersebar di bebagai tempat di kota Madinah. Lalu mereka dijemput dan di antar kembali ke titik-titik tersebut.
Untuk pengajaran Al Quran, ternyata sistem yg diterapkan di sana bertahap. Tahapan2nya sbb:
1. Tashih qiroah.
Anak-anak diajarkan mengucapkan huruf dengan makhraj yang betul.
2. Talqin
Guru2 mentalqinkan ayat-ayat dengan makhraj dan tajwid yang benar.
3. Tahfizh
Ayat2 yang ditalqinkan dihafal dan disetorkan kepada pengajarnya.
4. Muroja’ah
Beberapa surat yang sudah dihafalkan disetorkan kembali secara berkala…
Setelah dia hafal Alquran semua dengan mutqin, dia baru bisa mengambil ijazah Alquran dengan riwayat Hafsh ‘an Aashim bin Abi Nujud.
Selanjutnya si haafizh melanjutkan mempelajari qiroah ‘asyarah.
Dan yang terakhir barulah dia mempelajari qiroah syaadzah…
Cukup panjang juga. Tapi banyak di antara peserta yang mulai belajar dari usia yang demikian dini. Di usia belasan sudah ada yang menyelesaikan semua tahapan masya Allah.
Ayo yang punya anak, didik anaknya menjadi ahli Qur’an yuk. Minimal jadi hafizh Alquran, jangan kayak bapak ibunya yang cuma tamat kutubus sittah (iqro’ jilid 1 sp 6). 🙂
✍Wira Mandiri Bachrun.